Cara Membagi 2 Kolom Postingan

Cara membagi postingan dengan 2 kolom

1. Login ke blog anda
2. Buat entri baru
3. Pilih HTML
4. Masukkan code dibawah ini


<table border="0" cellspacing="10" style="width: 500px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="250">kolom artikel 1...</td>
<td valign="top" width="250">kolom artikel 2...</td>
</tr>
</tbody></table>

5. Silahkan ubah warna merah sesuaikan dengan lebar BLOG anda
6. Ganti Kolom artikel 1 dan Artikel 2 dengan tulisan artikel anda anda
7. Lalu tekan Compose
dan akan menjadi seperti di bawah ini


kolom artikel 1...


Selamat Mencoba
kolom artikel 2...
Cara Buat Garis Tepi Pada Postingan Blog Anda

Cara Buat Garis Tepi Pada Postingan Blog Anda

Border dan Background color

Berikutnya adalah cara membuat garis tepi (border) maupun warna latar (background colour) untuk kalimat penting pada isi bacaan di area postingan.

<div style="border: 1px solid #8A9B9B; padding: 10px;">
TULISAN ANDA DISINI
</div> 

<div style="border: 3px dotted #000; padding: 10px;">
TULISAN ANDA DISINI
</div> 

<div style="border: 5px #000 double; padding: 10px;">
TULISAN ANDA DISINI
</div> 

<div style="border: 4px #2E2EFE ridge; padding: 10px; background-color: #F6CEF5; ">
TULISAN ANDA DISINI
</div>

<div style="border: 1px #F6CEF5 ridge; padding: 10px; background-color: #F6CEF5; ">
TULISAN ANDA DISINI
</div>

hal-hal seperti ini bisa menambah penampilan postingan kita menjadi lebih keren.

Sejarah Omed - Omedan di Sesetan Bali



Omed-omedan atau juga disebut Med-medan rutin digelar setiap tahun, sehari setelah hari raya Nyepi atau yang disebut sebagai hari Ngembak Geni. Konon, acara ini sudah diwariskan sejak tahun 1900-an dan hanya bisa ditemukan di Banjar Kaja Sesetan. Warga setempat meyakini, bila acara ini tak diselenggarakan, dalam satu tahun mendatang berkah Sang Dewata sulit diharapkan dan berbagai peristiwa buruk akan datang menimpa.

Pernah pada 1970-an ditiadakan, tiba-tiba di pelataran Pura terjadi perkelahian dua ekor babi. Mereka terluka dan berdarah-darah, lalu menghilang begitu saja. Peristiwa itu dianggap sebagai pertanda buruk bagi semua warga Banjar.

Awalnya Raja Puri Oka marah besar melihat rakyatnya menggelar omed omedan (saling cium). Tak dinyana Raja yang sakit justru sembuh setelah melihat upacara hot tersebut. Kini tradisi itu dijadikan ajang mencari jodoh.

Wayan Sunarya menceritakan, tradisi omed omedan itu merupakan tradisi leluhur yang sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya ritual ciuman massal itu dilakukan di Puri Oka. Puri Oka merupakan sebuah kerajaan kecil pada zaman penjajahan Belanda. Ceritanya, pada suatu saat konon raja Puri Oka mengalami sakit keras. Sang raja sudah mencoba berobat ke berbagai tabib tapi tak kunjung sembuh.

Pada Hari Raya Nyepi, masyarakat Puri Oka menggelar permainan omed omedan. Saking antusiasnya, suasana jadi gaduh akibat acara saling rangkul para muda mudi. Raja yang saat itu sedang sakit pun marah besar.Dengan berjalan terhuyung-huyung raja keluar dan melihat warganya yang sedang rangkul-rangkulan. Anehnya melihat adegan yang panas itu, tiba-tiba raja tak lagi merasakan sakitnya. Ajaibnya setelah itu raja kembali sehat seperti sediakala.

Raja lalu mengeluarkan titah agar omed omedan harus dilaksanakan tiap Hari Raya Nyepi. Namun pemerintah Belanda yang waktu itu menjajah gerah dengan upacara itu. Belanda pun melarang ritual permainan muda mudi tersebut. Warga yang taat adat tidak menghiraukan larangan Belanda dan tetap menggelar omed omedan. Namun tiba-tiba ada 2 ekor babi besar berkelahi di tempat omed omedan biasa digelar. “Akhirnya raja dan rakyat meminta petunjuk kepada leluhur. Setelah itu omed omedan dilaksanakan kembali tapi sehari setelah Hari Raya Nyepi,” kata Wayan Sunarya.


  
Omed-omedan adalah tradisi yang masih dipegang teguh oleh warga Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar dan rutin diselenggarakan setiap tahun sebagai warisan turun-temurun serangkaian dengan Hari Nyepi. Omed-omedan secara harfiah berarti tarik-menarik. Namun, secara umum tradisi ini dikenal orang sebagai acara ’ciuman massal’ puluhan remaja putra dan putri dari Banjar Kaja yang tergabung dalam Sekaa Teruna Satya Dharma Kerthi, Banjar Kaja Sesetan.
Sebelum melakukan omed-omedan, peserta terdiri dari pemuda-pemudi berusia 17-30 tahun yang menggunakan pakaian adat ringan, terlebih dahulu diadakan persembahyangan, mohon keselamatan bagi para peserta yang akan mengikuti acara itu. Sementara itu, pihak panitia akan mempersiapkan tempat yang akan digunakan sebagai ’arena’ omed-omedan yaitu jalan utama yang tepat berada di depan Bale Banjar Kaja.

Suasana Mistis
Ritual ini dimulai dengan tari-tarian yang secara umum menggambarkan bagaimana sejarah berlangsungnya ritual omed-omedan hingga penggambaran ‘perkelahian babi’ yang sempat terjadi akibat ditiadakannya prosesi ini. Suasana pun semakin mistis saat beberapa penari mengalami kesurupan dan mulai berteriak-teriak di tengah arena. Panitia pun segera memisahkan mereka dan membawanya ke pura setempat.

Setelah itu, prosesi omed-omedan pun dimulai. Jalanan aspal pun disirami air dan disterilkan dari para penonton yang sudah menyemut untuk menyaksikan acara ini. Tak lama, para peserta omed-omedan memasuki arena setelah selesai melakukan persembahyangan. Mereka membagi diri menjadi 2 kelompok berdasarkan jenis kelaminnya dan berbaris saling berhadap-hadapan. Selanjutnya secara acak akan dipilih seorang dari barisan mereka untuk digendong dan akan dihadapkan dengan lawan jenisnya yang juga telah dipilih.

Setelah aba-aba, kedua barisan ini akan berputar sekali dan selanjutnya pasangan muda-mudi yang terpilih akan saling dihadapkan, saling berpegangan, saling berangkulan dan saling tarik menarik bahkan berciuman. Ketika hal ini terjadi, pasangan ini akan diguyur air sehingga basah kuyup dan seketika menciptakan suasana riuh dan gembira pada peserta dan penonton ditambah suara gamelan yang menambah kemeriahaan.

Setelah berangkulan beberapa saat, pasangan muda-mudi ini dipisahkan dan kedua barisan kembali menjauh. Selanjutnya, anggota barisan yang belum mendapat giliran satu persatu digendong dan dihadapkan dengan lawan jenis yang berada di barisan satunya hingga semua anggota masing-masing barisan memperoleh kesempatan.

Penonton yang saling berdesakan menyaksikan tradisi unik ini juga tak luput dari siraman air yang dilakukan panitia acara. Hal ini dilakukan untuk menertibkan penonton yang mulai memasuki arena omed-omedan sehingga mengganggu jalannya acara. Tak jarang penonton juga basah kuyup karena terlalu dekat dengan arena. Namun, hal ini tidak terlalu dipermasalahkan karena pada dasarnya tradisi ini berlangsung dengan suasana kegembiraan dan suka cita.

Acara ini berlangsung sekitar dua jam hingga seluruh peserta mendapat kesempatan untuk melakukan omed-omedan. Untuk memeriahkan acara, juga digelar berbagai kegiatan seperti pasar rakyat, pameran ogoh-ogoh hingga panggung musik.
Tradisi ini juga berfungsi untuk menjaga keharmonisan sesuai norma yang berlaku. Juga sebagai wujud solidaritas dan persatuan masyarakat untuk saling memberi dan meminta baik dalam keadaan suka maupun duka. Dalam mempererat nyama braya bukan hanya di Banjar Kaja, tapi juga banjar-banjar lain di sekitarnya dengan turut serta dalam omed-omedan.
Dari Berbagai Sumber

 

CARA BUAT GAMBAR HORIZONTAL DI BLOG

Cara Membuat Gambar berjajar horizontal di Blog iklan adsense atau ppc gambar lainnya biasanya di buat sejajar agar lebih simpel dan enak di pandang oleh pengunjung. dua gambar yang di upload di blog tidak akan menghasilkan sejajar secara otomatis, maka kita harus memasukan script tambahan di blog.


 sobat blogger ingin membuat gambar di bawah?? copi code di bawah ini

<table><tr>
<td>GAMBAR 1</td>
<td>GAMBAR 2</td>
</tr></table>
gambar bisa berjumlah 3 atau 4 dan seterusnya tambahkan kode sendiri seperti sebelumnya
selamat mencoba

 <td>GAMBAR 3</td>

Desa Tenganan dan Megeret Pandan (Perang Pandan Berduri)


TENGANAN merupakan salah satu desa tua yang ada di Kabupaten Karangasem. Desa seluas lebih kurang 900 hektar ini memiliki banyak keunikan yang tidak ada di desa lainnya di Bali. Salah satu keunikan yang melekat dengan Tenganan yakni perang pandan yang menjadi destinasi wisata yang menarik.

Berbicara asal mula desa yang terkenal dengan tenun geringsingnya ini, tidak ada catatan sejarah tertulis yang menyebutkan kapan desa ini mulai terbentuk. Menurut penekun spiritual asal Desa Tenganan, I Nyoman Sadra mengatakan, sumber tertulis tidak ditemukan lagi, kemungkinan sudah terbakar saat desa ini tertimpa musibah pada tahun 1842 silam. Ketika kebakaran itu terjadi, semua yang ada di kampung Tenganan ini terbakar, termasuk semua awig-awig maupun catatan lainnya.

Meskipun tertimpa musibah kebakaran, namun, awig-awig yang mengatur kehidupan masyarakat berusaha kembali ditulis. Hanya saja, karena penulisannya berdasarkan ingatan, maka hasilnya kadang tidak nyambung antara pasal yang satu dengan pasal lainnya. Namun demikian, awig-awig milik desa Tenganan ini bisa dibilang sangat lengkap. Aturan perkawinan maupun aturan lainnya dimuat secara lengkap termasuk masalah pelestarian lingkungan. Awig-awig pasca kebakaran tahun 1842 lalu berhasil dihimpun kembali memuat lebih kurang 50 pasal.



Meskipun tidak ada catatan tertulis resmi yang menjelaskan asal mula desa Tenganan ini, namun dalam masyarakat setempat, berkembang dua versi cerita menyangkut keberadaan Tenganan. Versi pertama menyebutkan, keberadaan Desa Tenganan ini terkait erat dengan keberadaan Raja Mayadanawa yang berpusat di Bedahulu. Mayadanawa disebutkan sebagai raja yang congkak dan tidak mau mengakui keberadaan Tuhan. Masyarakatnya juga dilarang melakukan ritualisasi kepada Tuhan. Akibat ulahnya tersebut, para Dewa di khayangan menjadi marah. Lalu, para dewa melakukan rapat di Gunung Agung. Hasilnya, Dewa Indra selaku dewa perang diutus ke bumi untuk memerangi Mayadanawa. Singkat cerita, dalam perang antara dewa Indra dengan Mayadanawa, raja berperangai raksasa itu kalah. Untuk merayakan kemenangannya itu, Indra bermaksud melaksanakan upacara Aswameda Yadnya. Dalam upacara menurut versi ini, Indra akan menggunakan seekor kuda putih yang bernama Ucchaih Srawa oang Bali menyebutnya Once Srawa untuk dijadikan kurbannya.

Kebetulan sekali, kuda ini digunakan Indra saat memerangi Mayadanawa. Tahu dirinya akan dijadikan kurban, kuda yang sakti tersebut langsung melarikan diri dari Bedahulu. Untuk mencari kudanya yang hilang, Indra akhirnya mengutus orang-orang Tenganan (ketika itu orang Tenganan masih tinggal di Bedahulu dekat Pejeng) untuk mencari kuda putihnya yang akan dijadikan kurban Aswameda.
Kelompok pencari kuda tersebut dibagi dua kelompok. Mereka mencari memencar dengan arah berlawanan. Satu kelompok mencari kearah utara, satunya lagi menuju timur. Kelompok yang menuju ke timur sangat beruntung karena berhasil menemukan kuda tersebut walaupun dalam keadaan mati. Kuda tersebut mereka temukan dilereng bukit Tenganan.



Kelompok yang menemukan kuda ini tidak mau kembali ke Bedahulu. Indra yang mengetahui kejadian itu akhirnya memberikan wilayah disekitar bangkai kuda tersebut kepada kelompok yang menemukannya. Dengan syarat, sejauh mana bangkai kuda itu tercium, sejauh itu wilayah yang dihadiahkan.
Akhirnya, karena ingin mendapatan wilayah yang luas, bangkai kuda tersebut langsung dipotong-potong dan dibawa sejauh mereka bisa berjalan. Keadaan inipun diketahui oleh Indra. Lalu, Indra memanggil orang-orang tersebut. Tempat dari mana Indra memanggil orang tersebut kini berdiri sebuah Pura yang bernama Pura Batu Madeg yang tempatnya disebelah pos Polisi Candidasa. Sedangkan ditempat orang yang membawa bangkai kuda tepatnya berbatasan dengan Desa Macang kini menjadi Pura Pengulapan. Kedua pura ini disungsung oleh Desa Tenganan.

Sampai saat inipun, Tenganan dengan masyarakat Bedahulu masih ada hubungan. Setiap sasih Kapat kalender Tenganan, masyarakat Bedahulu pasti melakukan persembahyangan ke Tenganan. Demikian juga Tenganan pada bulan yang ditentukan menurut kalender Tenganan akan melakukan persembahyangan ke Bedahulu.

Peran Dewa Indra yang sangat besar dalam kejadian tersebut membuat warga Tenganan menjadi penganut Indra. Ini dibuktikan dengan adanya perang pandan yang merupakan ritual kepada Indra.
Sementara itu, versi lainnya dikatakan oleh Sadra agak dekat dengan sejarah. Keberadaan Tenganan menurut versi ini dimulai dengan ketegangan antar sekta yang ada di Bali ketika pemerintahan Raja Udayana Warmadewa. Ketika itu, di Bali ada banyak sekta. Sekta inipun saat itu nampaknya tidak pernah akur dan sarat dengan intrik politik.

Raja Udayana Warmadewa yang khawatir dengan kondisi ini langsung bersikap. Raja mengundang Mpu Kuturan yang merupakan penganut Buddha sebagai mediator. Pertemuan ini dikenal dengan Samuan Tiga yang artinya pertemuan tiga unsure yang terdiri Raja, sekta-sekta di Bali dan Mpu Kuturan sebagai mediator. Tempat melakukan pertemuan tersebut kini menjadi Pura Samuan Tiga yang ada di Bedahulu, Gianyar.
Berkat campur tangan Mpu Kuturan, keributan sekta-sekta tersebut bisa diredam dan menghasilkan paham Siwa. Untuk menyatukannya, maka dibangunlah Pura Besakih yang secara politis dinilai sebagai pemersatu masyarakat dari banyak Sekta.

Pada dasarnya, orang Tenganan menerima keputusan tersebut. Namun tidakah sepenuhnya. Bukti penerimaan dapat dilihat adanya bangunan pura Khayangan tiga dalam desa tersebut. Tetapi, masyarakat Tenganan lebih banyak ritualnya ditujukan kepada Indra. ‘’Orang-orang Tenganan itu penyembah Indra. Mereka kan orang Arya dari bangsa Ksatrya’’ujar Sadra saat itu.

Namun demikian, menurut penemuan ilmiah. Pada tahun 1978, seorang ilmuwan asal Swis bernama George Breguet pernah melakukan studi genetika di Tenganan. Hasilnya, darah warga Tenganan ternyata memiliki kesamaan dengan darah orang Calkutta, India tepatnya dari Orisa, Benggali. Bukti lainnya yang menguatkan orang Tenganan ada hubungan dengan India yakni adanya tenun dobel ikat. Menurut Sadra, tenun ini hanya ditemukan ditiga lokasi yakni India, Jepang dan Tenganan (Indonesia). Bukti lainnya, di tanah Benggali hingga saat ini juga masih ditemukan ritual Bali Yatra yaitu perjalanan suci orang-orang Orissa ke Bali.corak kain Gringsing yang ada di Tenganan juga sangat mirip dengan corak kain Gringsing yang dibuat orang

WISATA HEMAT BERSAMA MEYLA BALI



Selamat Datang di Meyla Bali Tour , Kami bergerak di bidang transportasi yaitu penyewaan mobil dengan sopir dan dilengkapi dengan beberapa program wisata tour di Bali. Bali Wisata Rental adalah satu-satu nya jasa rental mobil plus berwisata di bali yang memberikan harga paling murah tentu tidak menurunkan kualitas jasa kami. 

Anda hubungi kami, maka kami akan menjemput anda di Bandara Ngurah Rai / Hotel tempat anda menginap. 
Kami siap mengantar anda berwisata atau berlibur di Bali mengunjungi tempat - tempat wisata di bali dengan biaya berlibur murah, menikmati keindahan pulau Bali serta mengenal keunikan adat - istiadat yang tidak di jumpai di daerah tujuan wisata lainnya.


 

Program wisata tour di bali kami seperti:
  1. Kintamani & Tampaksiring Tour  
  2. Tanjung Benoa & Uluwatu Tour   
  3. Kelungkung & Besakih  
  4. Bedugul & Tanah Lot Tour  
  5. Ubud & Sukawati Tour 
di kombinasi dengan sewa mobil murah di Bali bersama Meyla Bali Tour membuat liburan anda ke bali lebih hemat, silahkan bisa di hitung!

Harga sewa tidak berdasarkan per orang tapi per mobil, harga sewa mobil tidak termasuk biaya tiket masuk objek wisata dan harga makan siang/malam di tempat makan.

Sewa atau rental mobil dengan sopir murah di Bali, Program wisata tour di Bali, kami berpengalaman dan profesional lebih dari 20 tahun di bidang jasa berwisata atau tour di bali ini. Jangan ragu - ragu untuk memilih kami karena komitmen kami adalah memberikan pelayanan yang terbaik dan terpercaya.


Suzuki APV
ketika berlibur di Bali sangat cocok untuk wisatawan dengan jumlah 4-6 orang. Suzuki APV mempunyai bagasi belakang lebih luas 

Lihat Harga Sewa >>


                                                                                    Toyota Avanza
Most favorite car hire, Medium size family car, Doors child safety lock, Excellent for family, CD player, Radio stereo, power stering, central lock
Insurance: All Risk Covered
Cilinder : 1,297 cc
Comfortable : 5-6 Adults, 1 large bags & 2 Small bags





Toyota Kijang Innova
Ultimately complete, luxury, power, comport & driving safety, VVT-i Engine tech, for oftimum performance, fuel efisiency & Euro-2, Doors child safety lock, electric, outer mirror, Rear parkir sensor, Double, blower AC, 2 Din audio system
Insurance: All Risk Covered


Lihat Harga Sewa >>






ISUZU ELF
Isuzu Elf is a vehicle that is perfect for family vacations or groups. With capacity for 13 people, this car is perfect for large family or group.Isuzu Elf Description. Air-conditioning, Audio, Stereo cassette, Surfie dependability, Power steering, Engine 2000 CC.
Comfortable : 10-12 Adults, 2 big bag & 3 Small bags




Daihatsu Xenia


Most favorite car hire, Medium size family car, Doors child safety lock, Excellent for family, CD player, Radio stereo, power stering, central lock
Insurance: All Risk Covered
Cilinder : 1,297 cc
Comfortable : 5-6 Adults, 1 large bags & 2 Small bags

Lihat Harga Sewa >>



 Keterangan/Ketentuan Sewa Mobil

  • Sewa mobil dengan jasa sopir di hitung selama 10 jam tanpa break time, kelebihan waktu akan di kenakan biaya Rp.30,000/jam untuk sopir saja, mobil tidak di hitung
  • Mobil selalu dalam keadaan bersih dan prima untuk tour
  • Harga sewa mobil, tidak termasuk biaya parkir & tiket masuk di objek wisata
  • Harga sewa mobil, tidak termasuk harga makan siang/malam di tempat makan
  • Perjalanan tour anda, tidak di gabungkan dengan tamu lain nya
  • Kendaraan AVP, Avanza, Xenia, Kijang Inova : max. 7 orang. ELF menampung max. 12 orang
  • Program tour ini hanya berlaku untuk wisatawan lokal/domestik
 
 
 Jangan kuatir Harga masih bisa dibicarakan     


Untuk Booking / Pemesanan Silahkan         Klik Disini

Sejarah Ogoh - Ogoh di Bali



0goh-Ogoh - Sehari menjelang “Hari raya Nyepi” disebut hari “Pengerupukan” jatuhnya pada hari panglong 15 bertepatan dengan hari Tilem (bulan mati) sasih kesanga. Pada hari itu masyarakat Hindu di Bali melaksanakan upacara butha yadnya penetralisir kekuatan kekuatan yang bersifat keburukan seperti dengan melakukan pecaruan “ Tawur kesanga” (dalam sekala besarnya). Dalam rangkaian upacara tersebut, pada sandi kawon (sore menjelang malam hari) dilanjutkan dengan acara “Magegobog” atau di Jembrana biasanya disebut Mebuwu-buwu yaitu mengelilingi pekarangan rumah sambil membawa api perakpak(daun kelapa kering),obor,bunyi-bunyian, menyemburkan mesui dan memercikkan tirta, sebagai symbol nyomio (menetralisir) kekuatan kekuatan yang bersifat keburukan/ kejahatan. Setelah kegiatan magegobog tersebut dilaksanakan, kemudian dilanjutkan keluar pekarangan membawa prangkat tadi menuju jalan utama di Desa atau di Kota maning-masing, untuk kemudian bergabung dengan tetangga yang tadinya melakukan hal yang sama, saat tersebut tanpa di komando pada umumnya anak anak muda melanjutkan acara magegobog tersebut dengan cara berjalan menyusuri jalan utama, akan terbentuk menyerupai pawai obor, hal tersebut dilakukan setiap hari pengerupukan petang hingga malam sehingga menjadi semacam hiburan/tontotan masakat. Pada tahun 1981 (sehari menjelang tahun caka 1903) penulis sempat menyaksikan acara kelanjuatan megegobog yang sangat menarik perhatian. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda desa Batu Agung yang rata-rata suka melucu saat itu adalah : Di tengah tengah ramainya pawai obor dijalan raya Batu Agung menuju Kota Negara, kelompok pemuda tadi mengusung keranda (Pepaga/media pengusung jenazah ke kuburan) dengan menggunakan bangku panjang anak murid Sekolah Dasar diselimuti kain putih sedemikian rupa sehingga menyerupai keranda dengan jenazahnya yang seperti akan diantar menuju ke kuburan, diiringi oleh pemuda pemuda lucu melantunkan kidung pengantar orang mati, ada juga yang berpura pura menangisi kematian orang yang diantar kekuburan tersebut dan banyak lagi kelakuan kelakuan lucu pemuda tersebut. Hal tersebut mendapat perhatian dan sangat menghibur masyarakat yang menyaksikan. Dengan menyaksikan peristiwa tersebut penulis yang berasal dari Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jemrana terinspirasi untuk membuat sesuatu yang bermakna dan ada keterkaitannya dengan upacara mebuwu-buwu/magegobog. Dari benak penulis tercetuslah ide untuk membuat semacam patung ringan yang menyerupai wujud Butha kala bermuka menyeramkan sebagi symbol keburukan yang akan disomio/dinetralisir setelah diarak keliling atau menyusuri jalan utama pada hari pengerupukan. Ide tersebut penulis coba realisasikan pada tahun 1982 (hari pengerupukan menjelang tahun caka 1904) pada pagi harinya penulis minta tolong kepada sdr Ketut Wirata, seorang seniman dari Desa Yehembang juga, untuk membuatkan sejenis Topeng/Tapel raksasa terbuat dari blongkak/kulit kelapa. Dibantu oleh pemuda pemuda lain yang sering ngumpul dirumah penulis saat itu, dipandu oleh sdr Ketut Wirata dibautlah patung ringan seperti yang diinginkan penulis, krangka badan, tangan dan kaki dibuat dari bambu, dibungkus dengan untaian somi/ merang padi (somi=somio) diselimuti dengan kain putih dan loreng sedemikian rupa sehingga terbentuk wujud yang menggambarkan butha kala. Mengingat realisasi ide tersebut dadakan maka untuk memudahkan mengarak/mengusung patung tersebut agar tidak menggunakan banyak personil penulis menggunakan cikar (grobak Pedati) yang biasanya oleh orang tua penulis digunakan sebagai alat pengangkut kopra. Patung tersebut kemudian dipasang/diikat diatas grobak, kemudian diarak kejalan utama dengan ditarik oleh 2 (dua) orang pada bagian depan grobak (dibagaian yang biasanya dipasang kerbau paga grobak tersebut) dan didorong oleh beberapa orang dibelakang gerobak, sambil mebunyikan kentongan/kul-kul serta benda-benda lain yang bisa mengeluarkan suara sebagai pengiring. Dan pada akhir acara patung tersebut dibawa ke sungai atau ke pantai untuk kemudian dibakar(disomia). Kejadian tersebut mendapat perhatian dan disambutan meriah oleh masyarakat serta tokoh-tokoh desa saat itu. Dan jalan utama desa yehembang adalah jalan raya Gilimanuk-Denpasar, sehingga tidak menutup kemungkinan dari sekian banyak orang yang kebetulan lewat dan menyaksikan peristiwa tersebut juga terinspirasi untuk melakukan atau membuat acara yang lebih baik lagi di desanya masing masing. Setahun setelah kejadian tersebut di tahun 1983 (ngerupuk menjelang tahun caka 1905) arak-arakan kelanjutan mebuwu-buwu sudah dibuat lebih istimewa oleh masyarakat, tampilan patungnya sudah bagus-bagus terbuat dari gabus, pengusungnya ada yang menggunakan pepaga ada yang masih menggunakan gerobak pekepungan dan adapula yang menngunakan mobil bak terbuka, diiringi dengan musik tape recorder (belum menggunakan gamelan/gong). Ketika itu patung yang dibuat baru hanya bentuk raksasa belum ada yang membuat bentuk-bentuk lucu seperti belakangan ini, karenan orang masih terinspirasi pada wujud butha kala yang menyeramkan saja. Saat itu masyarakat belum memberi nama “ ogoh-ogoh”, penulis menyebutnya “butha kala”, ada pula yang menyebut “ondel-ondel”,” rangda-rangdaan” dan lain sebagainya. Ditahun tahun berikutnya hampir disetiap desa di Bali seperti sudah secara mentradisi pembuatan ogoh-ogoh hingga pada akhirnya dilombakan dan menjadi iven pariwisata yang sangat diminati oleh para wisatawan. Pemberian nama ogoh-ogoh mungkin saja benar berawal dari ogah=goyang (ogah-ogah=ogoh-ogoh) seperti dituliskan oleh salah satu sumber, namun cikal bakal sampai adanya ogog-ogoh bukan “ Nak Mula Keto” akan tetapi : Ogoh-ogoh (pada awalnya disebut butha kala atau ondel-ondel,rangda-rangdaan dlsb) mulai ada atau pertama kali dibuat pada tahun 1982 (sehari sebelum tahun baru caka 1904) di Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana oleh : Nyoman Mahardika dibantu oleh Ketut Wirata dan kawan-kawan. Demikian cikal bakal adanya budaya ogoh-ogoh di Bali yang terkenal saat ini. Melalui tulisan ini penulis berharap kepada umat sedharma mohon jangan ditinggalkan komponen terpenting pada pembuatan ogoh-ogoh yakni ada bahan yang bersumber dari Somi (merang padi) sebagai symbol somio (nyomio=menetralisir=mengembalikan kepada sumbernya).

(Dari berbagai sumber )

Kategori

Kategori